MAU KAYA????

Kamis, 18 Agustus 2011

REJEKI dari PISANG

"Pisang ini biasa dijual di pasar swalayan, harganya Rp 15.000 per sisir," ucap Widodo (49) seraya menjulurkan satu sisir pisang ambon berwarna hijau muda yang kemudian diletakkannya di atas meja kayu di hadapannya.Padahal, Widodo menjual pisang tersebut hanya Rp 9.000-Rp 10.000 per sisir, yang terdiri atas 20 buah, kepada para pengepul. Kendati demikian, ketua kelompok tani Alam Usaha Agung ini tidak pernah merisaukannya. "Budi daya pisang itu menguntungkan, perawatannya mudah, dan hasilnya lumayan," ucapnya, Rabu (3/12), sambil tersenyum.Baginya, harga jual pisang kepada konsumen dengan harga jual dari petani masih sepadan. Terlebih lagi, harga pisang selalu menanjak setiap tahunnya. Tak heran, Widodo bersama sekitar 600 petani dan buruh tani di Desa Bangunsari, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, masih mengandalkan pisang untuk meningkatkan taraf hidup mereka.Sejak mulai berbudi daya pisang pada awal tahun 2003, Widodo belum pernah dikecewakan dengan komoditas andalan desanya ini. "Awalnya saya hanya memiliki lahan 0,75 hektar, sekarang sudah 7 hektar. Semua itu didapat dari hasil budi daya pisang," tutur Widodo.Untuk satu kali masa panen pisang raja bulu di atas lahan satu hektar misalnya, Widodo bisa memperoleh penghasilan rata-rata Rp 105 juta per tujuh bulan. Jika dipotong biaya produksi untuk membeli bibit, pupuk, sewa tenaga kerja, dan pembuatan drainase dengan total pengeluaran sekitar Rp 27 juta, ia masih bisa mengantongi Rp 78 juta per hektar.Jumlah itu sudah dikurangi dengan tanaman pisang yang rusak karena terserang jamur, kata bapak empat anak ini. Pisang raja bulu tersebut dijualnya seharga Rp 6.000-Rp 7.000 per sisir atau Rp 35.000 per tandan.Belum lagi jika pisang ambon yang dipanennya. Widodo memperkirakan bisa memperoleh sekitar Rp 100 juta untuk satu kali panen di atas lahan satu hektar.Menguntungkan Sebelum beralih ke pisang, petani di Desa Bangunsari umumnya menanam jagung dan cabai untuk bersandar hidup. Namun, tidak stabilnya harga dua komoditas tersebut membuat sebagian petani beralih ke komoditas lain, termasuk di nya pisang. "Saya sudah pernah coba menanam tebu untuk dikirim ke Pabrik Gula Sragi, tetapi hasilnya tetap lebih menguntungkan pisang," kata Widodo.Alhasil, Widodo hanya menanami seluruh lahannya dengan pisang. Lahan 5,5 hektar untuk pisang ambon dan 1,5 hektar lagi ditanami pisang raja bulu.Dedi Mulyadi (35), petani pisang lainnya di Desa Bangunsari, juga memperoleh berkah dari hasil budi daya pisang. Ia mampu memperoleh penghasilan Rp 2,5 juta per bulan dari hasil menanam pisang di lahan seluas seperdelapan hektar dan menjadi buruh tani. Hasilnya bisa untuk menyekolahkan anak, ucap mantan buruh pabrik yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) ini.Setelah terkena PHK, bapak satu anak ini langsung menekuni dunia pertanian. Kemudian dalam jangka waktu empat tahun, Dedi akhirnya berhasil memiliki lahan sendiri seluas 1.250 meter persegi yang ditanami pisang. "Padahal, waktu awal bertani, saya masih men